Kamis, 02 Mei 2013

http://cdn.sindonews.com/dynamic/content/2013/05/02/44/744528/mZfdPr6JxF.jpg?w=300
Ilustrasi
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) dan Sistem Jaringan Peringatan Dini Kelaparan yang didanai Amerika Serikat (AS) mengeluarkan sebuah laporan terbaru soal korban kelaparan di Somalia.

Dalam laporan yang dirilis pada Kamis (2/5/2013) itu, disebutkan jumlah korban telah mencapai ratusan ribu orang. Ironisnya, setengah dari mereka adalah anak-anak, golongan yang memang paling rentan menjadi korban dalam bencana kelaparan.

"Kelaparan dan kerawanan pangan yang parah di Somalia menewaskan sekitar 258 ribu jiwa antara Oktober 2010 hingga April 2012, termasuk 133 ribu anak balita," kata laporan bersama dua lembaga itu. Laporan ini adalah perkiraan ilmiah pertama tentang jumlah korban tewas akibat kelaparan di Somalia.


Somalia adalah negara yang paling terpukul oleh kekeringan ekstrim pada 2011 yang mempengaruhi lebih dari 13 juta orang yang hidup di wilayah Tanduk Afrika. "Diperkirakan 4,6 persen dari total populasi dan 10 persen anak balita meninggal di Somalia selatan dan tengah," lanjut laporan itu.

"Laporan ini menegaskan, bahwa kita harus berbuat lebih banyak sebelum kelaparan itu terjadi," kata Philippe Lazzarini, Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Somalia. "Peringatan yang dimulai sebelum kekeringan tahun 2010, ternyata tidak memicu tindakan awal yang cukup," katanya dalam sebuah pernyataan.

Lazzarini mengatakan, bahwa sekitar 2,7 juta orang masih membutuhkan bantuan hidup dan dukungan untuk membangun mata pencaharian mereka. Bencana kelaparan pertama kali dideklarasikan pada Juli 2011 di Somalia Selatan, di wilayah Bakool dan Shabelle. Lalu, bencana kemudian menyebar ke daerah lain, termasuk Shabelle dan Afgoye.

0 komentar:

Posting Komentar

Blogger news

Blogroll

About