photo/dok: www.koruptorindonesia.com |
REPUBLIKA.CO.ID, SEMANGGI -- Indonesia Police Watch (IPW)
menyatat 13 polisi dikeroyok dan dibacok warga yang tidak bertanggung
jawab. Pengeroyokan dan pembacokan terjadi sepanjang 2013, dari Januari
hingga Maret. Dari jumlah itu, enam polisi dikeroyok dan tujuh polisi
yang dibacok
.
"Lima di antaranya adalah perwira. Sisanya, tujuh polisi jajaran
bawah," Kata Ketua Presidium IPW Neta S Pane dalam pesan singkatnya
kepada Republika, Minggu (31/3).
IPW melalui Neta merasa prihatin dengan kondisi ini dan berharap
anggota Polri meningkatkan kualitas latihan hingga bisa lebih
profesional.
Menurut Neta, kualitas latihan ini penting karena ke depannya, jumlah
masyarakat yang makin nekat kian banyak, mengingat persoalan sosial
ekonomi di masyarakat kian pelik dan sulit.
Neta menjelaskan, sejak tiga tahun terakhir, masyarakat yang anarkis
dan kian nekat melakukan pengeroyokan terhadap polisi makin menunjukan
fenomena yang mengkhawatirkan.
Pada 2011 ada 20 polisi yang tewas saat bertugas. Pada 2012
meningkat, ada 29 polisi tewas dan 14 luka. Pada 2013 (baru 3 bulan) ada
13 polisi yang dikeroyok dan dibacok, dua di antaranya tewas.
"Kasus terbaru adalah pengeroyokan Kapolsek Dolok Pardamean AKP Andar Siahaan hingga tewas," kata Neta.
Neta menilai ada tiga hal penyebab munculnya fenomena pengeroyokan
polisi. Pertama, kesadaran hukum masyarakat kian rendah. Kedua,
kejengkelan sebagian masyarakat tinggi karena menilai polisi cenderung
arogan, diskriminatif, dan represif. Ketiga, polisi kurang terlatih
dalam melakukan operasi penangkapan.
Selain itu, polisi juga kurang dilengkapi data komperhensif sehingga tidak bisa melakukan antisipasi maksimal.
0 komentar:
Posting Komentar